Home > Kaya Berawal Dari Hemat - Dibaca 978 x. Saya adalah orang yang cenderung suka berhemat. Tidak peduli kondisi keuangan sedang bagus atau jelek, berhemat adalah motto saya. Bahkan mungkin bagi beberapa orang, kehematan saya ini diartikan sebagai tindakan pelit. Itu sah-sah saja, dan tidak menjadi masalah bagi saya.
Baru menjadi masalah apabila orang itu kemudian menimpuk saya pakai batu, misalnya, sebagai ekses dari ‘kepelitan’ saya. Namun bagi saya, hemat juga bisa berarti minimalis. Hemat, juga bisa berarti kaya. Pernah dengar ungkapan Hemat Pangkal Kaya, bukan? Bagi saya yang seorang pengusaha, hemat adalah suatu keharusan.

Mengenai hemat ini, dalam kontek kehidupan sehari-hari, saya memaknainya sebagai sebuah gaya hidup. Hemat untuk saya bukanlah (syukur alhamdulillah) sebuah perjuangan berdarah-darah karena terpaksa oleh keadaan kemiskinan, tapi lebih kepada gaya hidup.
Gaya hidup bukanlah sebuah hal eksklusif yang terkadang sulit untuk dimaknai dan diterapkan. Gaya hidup adalah sesuatu yang bisa diterapkan dengan mudah dan menyenangkan sehari-hari. Dan apabila kita bisa kontinu dan konsekuen dengan gaya hidup yang kita yakini itu, bisa dipastikan kita akan merasa bahagia.
Salah satu contoh kecil, bersepeda adalah salah satu kegemaran saya (Pengakuan: Sori, sudah 2 minggu terakhir ini kagak bersepeda. Pasca badan meriang 2 minggu kemarin, penyakit malas bersepeda belum hengkang dari diri saya, asli sulit sekali mengusirnya!).
Dari kegemaran ini, saya menjadikannya sebagai gaya hidup. Disaat banyak orang menggeber sepeda motor atau mobilnya untuk pergi ke pasar atau toko dekat rumah, misalnya, saya lebih suka mengayuh sepeda saya.
Saya merasa lebih puas apabila melakukannya dengan bersepeda daripada bermotor seperti itu. Saya bisa bergaya dalam hidup saya, salah satunya saya wujudkan dalam bentuk suka bersepeda.
Menjelang Lebaran, biasanya semua terutama wanita, sibuk sekali dalam berbelanja baju busana muslim khusus untuk menyambut Lebaran.
Saya agak lupa kapan terakhir saya mimilih sendiri baju muslim Lebaran saya. Kalau toh saya akhirnya memakai baju baru Lebaran, tidak lain tidak bukan itu karena tiba-tiba istri saya menyodorkannya.S
aya tidak minta, tapi memang istri saya saja yang baik hati menjadikannya ada. Karena memang kalau dia tidak melakukan itu, saya bakalan tetap berbahagia dengan baju muslim Lebaran entah yang tahun kapan.
Kembali ke masalah hemat, sebetulnya hal ini tidak jauh beda dengan hal bersepeda. Tergantung orang bagaimana memaknainya, bagi saya, sekali lagi, berhemat adalah gaya hidup.
Sekali lagi, hemat bisa berarti minimalis. Tidak berlebihan.
Dan ditengah-tengah semakin capeknya kita dalam hiruk-pikuk kehidupan yang semakin kompleks belakangan ini dengan berbagai temanya, rasa-rasanya dengan hidup tenang, hemat, dan minimalis bisa menjadi penawar yang sejuk untuk menjaga kondisi tubuh dan jiwa kita.
Dalam menerapkan pola hemat, jangan dibayangkan terlalu berat dan muluk bahwa kita harus bisa melakukannya dalam skala global. Bahwa kita harus bisa change the world. Tidak, tidak. Jangan seperti itu.
Lakukan saja dalam skala pribadi dulu. Misalnya, dalam contoh pribadi saya, suka bersepeda karena tidak ingin lapizan ozon semakin menipis oleh asap kendaraan kita. Janganlah dahulu berpikir sejauh itu.
Cukup pikirkan, tubuh akan keringatan sehingga sehat. Itu saja. Contoh lain, mengurangi menonton televisi atau bahkan meniadakannya, bukan karena PLN sedang dalam kesulitan serius, tapi karena ingin menambah porsi waktu membaca buku.
Banyak sekali yang bisa kita hemat dalam keseharian. Kadangkala kita sering melakukan pemborosan, karena edukasi membabi-buta yang dilakukan oleh gencarnya iklan, terutama iklan di televisi.
Saya berpesan hati-hatilah kepada mereka. Tidak selamanya yang diedukasikan kepada kita sebagai calon konsumen mereka, betul-betul baik untuk kita.
Ingat, sekali lagi mereka beriklan sekedar agar produk mereka laku. Berikut adalah beberapa yang bisa saya contohkan:
- Anjuran keramas setiap hari. Apakah perlu? Saya membuktikannya tidak perlu. Dua hari sekali cukup bagi saya.
- Anjuran menggosok gigi dengan odol dua kali sehari. Yang penting bukan odolnya, tapi kerajinan kita dalam menyikat gigi, meskipun tanpa odol.
- Menghisap rokok agar terlihat macho, perkasa, dan jantan. Walah..ini sih gak usah diterangkan lagi. Intinya, orang merokok dalah goblok!
- Minum vitamin tambahan dan penambah tenaga. Faktanya, nih suplemen sering memaksa organ jantung untuk bekerja teramat keras yang gilirannya justru menyebabkan semacam gagal jantung.
- Dll.
Sekali lagi, banyak sekali yang bisa kita hemat dalam keseharian. Mungkin bisa penggunaan pulsa henpon, uang transportasi kerja, uang bulanan kuliah, dsb.
Mungkin juga berhemat dalam membeli barang-barang baru, sekiranya barang lama atau rusak masih bisa digunakan lagi. Atau, mengurangi konsumsi rokok dan acara makan malam diluar rumah, dari seminggu 2 kali, menjadi seminggu 1 kali saja.
Intinya, berhematlah dalam segala hal yang kamu bisa. Karena: Hemat Pangkal Kaya!
Bagikan Artikel Ini:
TOP 10 ARTIKEL ASYIK LAINNYA:
Ikan Nila Mau Bertelur Beranak Dibaca 32.767 x
6 Alasan Harus Berwisata ke Kawah Gunung Ijen Melihat Blue Fire Dibaca 23.331 x
Detik-Detik Ikan Nila Bertelur dan Beranak di Kolam Dibaca 13.571 x
Mengapa Harus Ikan Koi dan Nila? Dibaca 13.207 x
Buat Jebakan Burung Mudah dan Praktis Dibaca 7.854 x
Bagaimana Merawat Anak Kucing Umur 1 Bulan? Dibaca 6.552 x
10 Alasan Mengapa Sekarang Juga Harus Piara Ayam Sendiri di Rumah! Dibaca 6.370 x
Apakah Jalur Pantura (Pantai Utara) Jawa Itu? Dibaca 6.104 x
Inilah 3 Penyebab Wasir Dan 1 Cara Saja Dalam Mengatasinya Dibaca 6.029 x
Tanaman Kana - Canna Berbunga Cantik Dibaca 5.237 x
|