Bagi sebagian besar orang, terutama mereka yang tinggal di perkotaan, bisa berkesempatan memelihara ayam di pekarangan rumah rasanya adalah sebuah kemustahilan.
Terlepas dari begitu banyaknya jenis-jenis ayam yang bisa dengan mudah dan tepat untuk dipelihara di rumah, umumnya masyarakat masih enggan untuk piara ayam di rumahnya.
Terbayang segala hal negatif jika ayam ada di pekarangan rumah: tahinya, baunya, berisiknya, kotorannya, tetangga terganggu, dsb.
Belum lagi adanya keyakinan bahwa mengurus ayam itu ribet. Pakai banget.
Ribet bikin kandangnya. Ribet ngurusi pakannya. Hingga ribet melerai ayam-ayam itu jika mereka sedang berkelahi.
Bahwa piara ayam itu mutlak dilakukan oleh orang-orang desa. Yang biasanya punya pekarangan kosong dan luas sehingga bebas memelihara ayam di pekarangannya.
Sehingga pada akhirnya diperoleh sebuah pemahaman bahwa memelihara beberapa ayam di rumah itu tidaklah mungkin.
Walhasil, orang kota tidak pernah punya kesempatan memunguti telur ayam segar langsung dari terasnya. Padahal itu adalah kegiatan asyik dan menyenangkan.
Pun tak berkesempatan menikmati daging ayam sehat dari memelihara ayam sendiri, alih-alih, beli daging ayam di pasar yang kita tahu sendiri kualitas kesehatan daging-daging itu.
Mengapa? Sebab warga kota itu kesulitan memelihara beberapa ekor ayam di rumah mereka.
Pertanyaannya kemudian adalah: apakah anggapan itu benar?
Well, berdasarkan pengalaman saya dalam memelihara ayam, anggapan seperti diatas tidaklah sepenuhnya benar..
Ijinkan saya bercerita tentang kondisi dimana saya tinggal dan bagaimana saya bisa memelihara puluhan ayam di rumah saya..
Saya tinggal di daerah perkotaan. Kota Mojokerto provinsi Jawa Timur.
Lingkungan dimana saya tinggal adalah di sebuah kompleks / perumahan.
Dan seperti kompleks perumahan pada umumnya, jarak rumah antar tetangga sangat berdekatan. Tetangga kanan dan kiri jarak antar rumah saling dempet (menempel) dengan tempat saya.
Teras atau pekarangan saya sama lazimnya dengan rumah-rumah lain di perumahan kota, yaitu terbatas.
Terasnya sendiri alasnya sudah tidak berupa tanah lagi. Tapi sudah diberi paving block.
Kalau di pedesaan, teras atau pekarangan rumahnya umumnya lebih dibiarkan saja berupa tanah.
Tapi apakah kondisi dimana saya tinggal menghalangi saya untuk bisa memelihara beberapa ekor ayam?
Alhamdulillah tidak :)
Sebaliknya, saya sangat bersyukur bisa memelihara tak hanya satu atau dua ekor ayam, namun puluhan ekor ayam!
Dan itu saya lakukan di rumah saya, di pusat perkotaan di salah satu perumahan terpadat di kota saya. Alhamdulillah sekali lagi..
Nah, sebelum kamu tertarik dan bersorak gembira dan mulai mengikuti hobi saya yaitu beternak dan memelihara ayam sendiri di rumahmu, simak dulu tips terbaik gimana caranya agar bisa sukses memelihara sekaligus beternak ayam di lingkungan kota perumahan!
Video 1: Lihat tingkah laku anak ayam di kandang anak ayam agar aman, tenang dan nyaman.
Anakan ayam juga dikenal dengan sebutan DOC (day old chicken). Yaitu anak ayam yang masih berusia harian.
Biasanya berusia antara 1 - 7 harian.
Untuk bisa memelihara ayam di lingkungan perumahan kota, dan bukannya di daerah pedesaan, memelihara anak ayam bisa jadi merupakan pilihan bijaksana. Daripada langsung memelihara ayam dewasa.
Dengan ukuran tubuhnya yang masih kecil, ini akan memudahkan kamu untuk lebih mudah mengatur penempatan dan pembuatan kandangnya.
Disamping itu, berdasarkan perilaku dan perawatannya, anakan ayam juga lebih mudah diatur daripada ayam dewasa.
Kamu harus tahu, ayam dewasa itu tipe pemberontak: cerdas, berani dan senang bereksperimen (baca: mematuki dan menghancurkan apa saja yang mereka temui). Jadinya mereka lebih sulit diatur.
Untuk mendapatkan anakan ayam caranya gampang. Pergi saja ke pasar ayam di kotamu. Disana akan mudah menemukan penjualnya.
Atau biasanya juga tersedia di pasar burung. Anakan ayam dijual diantara burung-burung yang dijual disana.
Dan lazim juga kita jumpai pedagang anak ayam model omprengan.
Yang sering kita lihat mangkal dengan sepada motor di jembatan, di perempatan jalan, di depan pasar, dengan ciri khas anakan ayam bercat warna-warna itu.
Harga eceran anakan ayam dijual oleh pedagangnya berkisar antara Rp 3rb - Rp 6rb per ekor.
Kalau kamu membelinya dalam jumlah banyak (biasanya satu dos berisi 100 ekor anak ayam), harga akan lebih murah.
Perlu untuk diketahui, terutama bagi pemula, merawat DOC bisa jadi akan menjadi pengalaman sulit. Tapi tentu tidak bagi yang sudah berpengalaman.
Seringnya anakan ayam yang baru dibeli besoknya mati.
Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan para pemula tersebut dalam memperlakukan anak ayam.
Misalnya, anak ayam perlu kehangatan pada suhu tertentu. Anak ayam juga belum bisa makan sembarangan. Dan juga butuh vitamin dan obat penghilang stres pada awal kehidupannya.
Harap diingat, anakan ayam ini begitu lahir menetas langsung dipisah dari induknya. Jika tidak dirawat sebagaimana induknya merawatnya, mereka rentan mati.
Oleh karena itu, kecuali kalau ilmu pengetahuanmu dalam merawat anak ayam sudah mumpuni, belilah ayam kecil yang sudah berusia minimal 2 minggu. Biasanya stamina dan kesehatan mereka sudah bagus, sehingga jarang mati.
Bagaimana, sudah paham tentang bagaimana merawat dan membesarkan ayam anakan?
Kalau belum yakin, kamu bisa mempertimbangkan opsi berikutnya ini..
2. Ayam Dewasa
Gambar 1: Memelihara ayam yang sudah dewasa bisa jadi pilihan tepat untuk memelihaya ayam dirumah.
Kalau kamu ingin skip dari memelihara ayam sejak dari anakan, maka memelihara langsung berupa ayam dewasa bisa menjadi pilihan bagus berikutnya.
Dengan langsung memelihara beberapa ekor ayam dewasa, kamu akan terhindar dari kerugian waktu, tenaga, biaya, dsb, jika anakan ayam yang kamu pelihara sejak kecil tetiba saja mati kena penyakit.
Sebab, anak ayam usia harian itu rentan mati, jika salah dalam perawatannya.
Ayam dewasa identik dengan ketahanan tubuhnya yang sudah terbentuk. Mereka lebih kebal dalam melawan penyakit. Dan tidak rewel dalam hal makanan.
Seekor ayam sudah disebut sebagai ayam dewasa ketika menginjak usia 8 minggu / 2 bulan.
Pada usia ini, ayam sudah hampir terlihat sempurna bentuknya, ditandai dengan tumbuhnya bulu merata di sekujur tubuhnya, tumbuhnya ekor dan sayap, semakin membesarnya jengger dan suaranya yang makin lantang.
Mereka juga lebih tahan terhadap perubahan cuaca, dimana itu belum terjadi pada ayam anakan.
Tidak peduli cuaca panas atau musim hujan, baik mereka dipelihara dalam kandang tertutup atau terbuka, ayam dewasa lebih tahan dan adaptif pada perubahan cuaca apapun.
Berbeda dengan anakan ayam yang rentan terhadap perubahan cuaca. Gampang sakit dan akhirnya cepat mati.
Jadi, memelihara ayam dewasa lebih dianjurkan daripada memelihara ayam anakan, berdasarkan berbagai pertimbangan diatas.
Meskipun harus keluar kocek lebih besar (harga ayam dewasa berkisar antara Rp 40rb - Rp 80rb per ekor, tergantung usia), itu akan worthed dibanding resiko yang dihadapi.
MEMELIHARA AYAM BERDASAR JENIS
Ayam itu banyak sekali jenisnya. Ada puluhan. Seringnya kita tidak tahu itu jenis ayam apa.
Secara umum sih, masyarakat awam sebenarnya sudah sering melihat berbagai jenis ayam itu.
Entah tahunya ketika ada ayam bekeliaran di sekitaran rumah, ketika melintas di jalanan, atau melihatnya di televisi, majalah atau media umum lainnya.
Tapi tetap saja tidak tahu sebenarnya itu jenis ayam apa..
Nah, daripada repot dan bingung mengenali berbagai jenis ayam, berikut ini ada 3 jenis ayam secara umum paling direkomendasikan untuk dipelihara di rumah, oleh sebab kemudahan pemeliharaannya.
1. Ayam Kate
Gambar 2: Ayam kate jantan dewasa yang siap berkokok sepanjang hari untuk menemani hari-harimu.
Dari sekian banyak jenis ayam, ayam kate adalah jenis ayam termudah untuk dipelihara.
Dengan tubuh kecil dan mungilnya, ayam jenis ini tidak banyak makan tempat. Jadi, kandang yang kamu persiapkan bisa seadanya dan tak terlalu besar, sehingga hemat tempat.
Disamping itu ayam kate juga terkenal sebagai ayam 'bandel': daya tahan tubuhnya kuat sehingga tak gampang sakit sekaligus kuantitas atau jumlah pakannya sedikit sehingga irit pakan. Minumnya pun juga sedikit aja.
Itu bisa menjadi kombinasi ampuh untuk menekan biaya perawatan ayam dirumah.
Ayam kate jantan sangat rajin berkokok. Sebelum Subuh pun dia sudah akan berkokok. Dijamin bisa menjadi pengganti jam weker atau alarm hp kita yang boros baterei dan listrik itu.
Dan sepanjang hari sisanya juga masih rajin berkokok..
Meskipun suara kokok si jantan kate ini kalah nyaring dengan ayam jantan jenis lainnya, tapi tetap saja suara kukuruyuknya tetap terdengar dalam jarak puluhan meter.
Apalagi kalau posisi kandangnya berada di dalam pagar rumah kita, sedikit dekat dengan kamar tidur, sudah pasti kita akan gampang terbangun pada Subuh hari.
Hal lain yang paling menyenangkan dari memelihara ayam jenis kate adalah betinanya rajin sekali bertelur. Dan suka mengeraminya.
Sekali periode bertelur bisa berjumlah 8 - 14 butir telur. Setelah itu akan jeda sekitar 2 mingguan, dan lalu mulai bertelur kembali. Dengan catatan kamu tidak ada rencana untuk menetaskannya.
Bisa dibayangkan, persediaan telurmu di dapur akan selalu tercukupi!
Meskipun telurnya berukuran kecil (setengah dari ukuran telur pasaran yang ada), kalau kamu punya lusinan, sama saja berat akhirnya tidak kalah dengan telur pasaran itu.
Terakhir, feses (kotoran tahi ayam) dan urine yang dihasilkan oleh ayam kate tidak terlalu 'brutal'. Ukurannya relatif kecil sehingga bau tidak terlalu menyengat.
Tapi namanya ayam, tetap saja kamu harus rajin dalam menjaga kebersihan kandangnya.
2. Ayam Kampung
Gambar 3: Ayam kampung / ayam jowo betina: dinanti telur dan dagingnya yang segar dan sehat.
Ayam kampung adalah ayam sejuta umat. Jenis ayam yang digandrungi oleh hampir semua pemelihara ayam, baik di kawasan pedesaan atau di perumahan kota.
Ayam Kampung juga biasa disebut dengan ayam Jowo.
Disebut ayam kampung karena ayam ini biasanya dibiarkan saja lepas begitu saja berkeliaran di pekarangan rumah kampung yang luas di rumah pemiliknya.
Dari pagi hingga sore mencari makannya sendiri disana. Mengais-mengais tanah dan mencari apapun yang bisa dimakan. Pemiliknya tak repot-repot memberinya makan.
Ayam kampung adalah tipe jenis ayam umbaran, yang hanya perlu kandang seadanya sekedar tempat berteduh. Pagi hari otomatis keluar kandang dan sorenya balik kandang dengan sendirinya.
Dalam perkembangannya, ayam ini juga lazim diperlihara di perkotaan, bahkan di lingkungan perumahan, namun dipelihara dalam kandang agar tak berkeliaran kesana kemari hingga ke rumah tetangga yang tentu akan membuat mereka protes berat.
Sama halnya ayam kate, ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang hebat. Bahkan mungkin lebih hebat lagi. Mereka tahan terhadap segala jenis cuaca. Juga predator!
Dengan tubuhnya yang besar, dalam beberapa hal mereka mampu mengusir predator (biasanya tikus) yang seringkali mengincar anak ayamnya yang baru menetas.
Jika ayam jenis lain masih perlu vitamin dan vaksin, tidak harus demikian dengan ayam kampung. Tanpa bantuan itu, mereka umumnya akan tetap hidup sehat dan kuat.
Ayam kampung jantan sudah terkenal dengan sangat nyaringnya suara kokokannya. Mantap dan menggetarkan!
Kalau kokokan jantan kate bisa membangunkan orang seisi kamar, mungkin jantan kampung bisa membangunkan seisi rumah, plus rumah tetangga :)
Sedangkan ayam kampung betina, kemampuan hebatnya adalah dalam hal mengerami telur-telurnya.
Dengan ukuran tubuhnya yang bongsor dan besar, itu akan sempurna dalam mengerami dan memberi kehangatan sempurna untuk telur-telur yang dieraminya.
Telur ayam kampung betina yang berwarna putih itu dihargai lebih mahal daripada telur coklat pada umumnya.
Hal ini karena mengandung unsur protein yang tinggi. Kita tahu protein diperlukan oleh tubuh manusia untuk menambah tenaga.
Maka tak heran, UMKM yang menawarkan jasa minuman STMJ (susu telur madu jahe) dengan gerobaknya di pinggir jalan itu, pasti melengkapi produknya dengan telur ayam kampung, bukannya telur ayam broiler.
Walhasil, betinanya seringkali sukses dalam menetaskan semua telur-telur yang dieraminya, tanpa satupun kegagalan.
Terakhir..
Kamu sering kan melihat warung soto pinggir jalan yang memasang menu 'Soto Ayam Kampung'? Dan rasanya lebih gurih, lezat, sehat sekaligus harganya sedikit lebih mahal daripada menu soto ayam biasa?
Nah, itulah alasan mengapa jenis ayam kampung menjadi favorit di antara penghobi ayam. Sebab ketika diambil manfaat dagingnya, ternyata ayam kampung memang terasa lebih sehat, gurih dan lezat!
Hal itu karena ayam kampung biasa makan makanan alami apa adanya yang tersedia dari alam.
Bukan makan dari pakan buatan pabrik yang biasanya kurang sehat.
Meskipun budidaya ayam kampung yang dilakukan oleh sebagian besar peternak ayam kampung menggunakan pakan dari pabrik, tetap saja kualitas daging ayam kampung dihargai lebih mahal sebab pada dasarnya dagingnya lebih enak dari ayam lainnya.
3. Ayam Petelur
Gambar 4: Ayam petelur coklat jenis Lohman usia 14 minggu, siap untuk produksi telur.
Dari kedua jenis ayam diatas yang paling tepat untuk dipelihara di rumah, ayam petelur menduduki peringkat berikutnya.
Alasan orang memelihara ayam petelur di rumah sendiri sudah barang tentu mostly untuk diambil manfaat telurnya.
Umumnya, jenis ayam petelur yang dipelihara warga +62 adalah Isa Brown dan Lohman.
Jenis ayam petelur akan menghasilkan produksi telur yang jenis telurnya lazim kita sering beli baik di pasar, toko kelontong tetangga atau di tukang sayur keliling perumahan atau pinggir jalan.
Telurnya berwarna coklat, ukurannya besar, rata-rata kalau kita beli sekilo berjumlah 16 butir telur itu.
Harga telur ayam petelur dijual lebih murah dibanding ayam kampung, sebab masuk dalam kategori komoditi. Produksinya massal. Dan untuk konsumsi skala besar rumah tangga dan usaha kuliner lainnya.
Nah, dengan punya beberapa ekor betina ayam petelur di rumahmu sendiri, bisa jadi kamu tidak akan pernah lagi beli telur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Disamping sering bete oleh harga telur yang naik-turun, kamu sudah punya telur segar setiap hari yang dihasilkan oleh ayam petelurmu sendiri!
Tidak seperti ayam kate dan ayam kampung yang ada jeda dalam periode bertelurnya, ayam petelur hampir-hampir tiada jeda.
Seekor ayam petelur betina akan mulai memproduksi telur pada usia 18 - 20 minggu (bulan ke 5). Dan akan terus berproduksi hingga usia 1,5 - 2 tahun. Setelah itu akan masuk masa afkir (pasca produksi).
Hanya saja, dua ayam tersebut pertama diatas lebih cepat bertelurnya, yaitu pada minggu ke 8 sudah bertelur (usia 2 bulanan).
Jadi ketika memelihara ayam petelur di rumah, kita bisa berhitung akan punya berapa telur..
Misalnya kita ingin punya 1kg telur per hari, langsung dari kandang ayam petelur yang ada di teras rumah kita.
Maka, karena 1kg telur itu sama dengan kurleb 16 butir telur, maka pelihara saja 16 ekor ayam petelur. Lebih baik lagi, pelihara 20 ekor ayam, sebab ada kalanya ada beberapa ekor ayam yang tak selalu dalam 24 jam sekali bertelur.
Beberapa dari mereka perlu waktu, misalnya 30 - 35 jam sekali. Maka kalau pelihara 20 ekor ayam, maka insyaAllah sudah pasti dijamin kamu akan mendapatkan 1 kilogram telur setiap harinya.
Gimana, asyik bukan punya piaraan ayam petelur?
FYI, 3 jenis ayam diatas sukses saya pelihara di rumah saya yang berada di lingkungan perumahan kota. Ketiganya bisa dengan mudah dipelihara di daerah perkotaan.
Saya pribadi sangat menyukai menjumpai ayam-ayam saya bertelur setiap hari, dan lalu memungutinya. Aktifitas menyenangkan dan kamu seharusnya juga mulai menirunya.
Sekarang giliran kamu untuk tentukan jenis ayam apa yang tepat untuk kamu pelihara di rumah!